Pages

Wellcome to a New Life

Hai all,
It's me Sathya.

Mungkin ceritaku kali ini cukup Random.
Yang aku tau aku cuma mau cerita.

Aku memulai kehidupan baruku di Surabaya. Sebuah kota yang cukup besar. Lebih besar dari Denpasar. Bahkan Jawa Timur jauh jauh lebih besar daripada pulau Bali, pulau kesayanganku.
Kurang lebih sudah empat minggu aku disini.
Di minggu pertama, masa penyesuaian dengan kamar kos baru, aku cukup menikmati masa menemukan barang2-barang kos.  Di minggu ke dua yang sudah di"terjang" matrikulasi, bahkan memasak pun aku tak sempat, aku sakit. Radang tenggorokan, batuk yang cukup menyiksa. Setelah minum antibiotik dan obat flu, aku sembuh. Beruntungnya aku masih bisa konsultasi dengan dokterku yang di Denpasar. Aku bertemu teman-teman baru, dengan berbagai karakter. Iya, calon-calon psikolog masa depan.
Di minggu ke tiga yang sudah masuk matrikulasi mayoring Psikologi Klinis, aku sangat menikmatinya. Semakin semangat untuk belajar. Meskipun masih banyak hal yang masih perlu aku pelajari. Ada beberapa ketakutan dan kecemasan yang aku alami karena laporan tempat magangku belum aku selesaikan. Sedih. Tapi aku tau aku punya prioritas.
Aku menjalani hari dengan dinamika psikologis yang cukup kompleks, sebelum ke Surabaya aku resmi berpacaran lagi dengan Kakak C, pasangan putus nyambungku sejak 2 tahun terakhir. Aku menikmati hubungan ini. "Oh begini rasanya punya pacar lagi", menikmati rasa rindu, menikmati relasi, menikmati kebersamaan, meskipun dia di Jakarta dan aku di Surabaya.
Semua mengalir begitu saja. Video call, telfon, chat dll.
Aku menjalani kehidupanku yang padat dengan ikhlas.
Sampai akhirnya aku ujian matrikulasi, dan LULUS, dengan nilai paspasan. It's Okay. yang penting lulus.
Oh memang tidak mudah menjalaninya..
Setelah ujian matrikulasi, aku memutuskan untuk kembali ke Denpasar. Jeda waktu 8 hari sebelum pengukuhan, beberapa hal yang harus aku kerjakan di Denpasar membuat aku sadar bahwa aku butuh pulang.
Aku cukup menikmati kepulanganku ke Denpasar. Bertemu teman, bertemu Rumah Berdaya di pembukaan warung Soto, kemah dan baksos bersama Dian Selaras di Tabanan.

Hmphh
Aku merasa sangat bahagia karena relasiku dengan kakak C cukup kuat, aku akhirnya mengupload beberapa fotoku dengannya di sosial media, karena aku sangat rindu.
Sampai suatu ketika,
3 Agustus lalu, Kakak C berulang tahun. Aku membeli sebuah kue kecil, membuat sebuah video ulangtahun. Tapi, apa yang aku dapat? Dia minta putus. Iya, putus pacaran. Putus dengan alasan yang menurutku sangat klasik, ingin fokus mencari pekerjaan, ingin sendiri, masih belum yakin dengan aku, dia bilang hanya menganggapku sbg teman dll dst.
Aku cukup remuk. Aku pikir aku tidak akan patah hati lagi.
Tapi ternyata,..
Aku pikir hal ini adalah hal yang biasa terjadi karena dia tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh.
Tapi aku sadar bahwa, "hubungan bukan untuk di permainkan".
Aku sedih, aku menangis. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku masih punya kehidupan.

Aku tidak mau larut dalam "permainan" ini.
Tapi, aku sayang.

Hahaha.

Rasanya ingin menertawakan diriku sendiri.

Logika dan perasaanku berperang.

Aku hanya menonton. mengamati diriku.

Beruntungnya aku masih diingatkan pada ilmu-ilmu meditasi yang aku pelajari, mengenai meditasi berpikir seimbang.

Iya, aku sadar bahwa "Bagaimana mungkin bisa kehilangan, sementara tidak pernah memiliki?"

Aku tersadar kembali, bahwa aku sedang menempuh pendidikan, psikologi klinis. Aku calon psikolog.
Iya, aku sedang berproses menaklukkan egoku. ego untuk bahagia, ego untuk bersedih.

Memang benar bahwa di dunia ini tidak ada yang kita miliki. Manusia cukup ego dengan berpikir dia memiliki ini, dia memiliki itu, dll.

Baiklah, aku mengalir saja.

Setelah 8 hari di Denpasar, aku kembali ke Surabaya.
Menjalani pengukuhan.

Tapi tiba-tiba aku sleepy all day long lagi. Dan pada saat itu, beberapa client berdatangan.
Entah, aku sadar bahwa alam semesta senantiasa menyeimbangkan seluruhnya. Aku diingatkan kembali bahwa aku masih punya kehidupan.

Iya, memang butuh proses dan penyesuaian kembali.
kemarin-kemarin aku memasuki kamar kos ku dengan rutinitas seseorang yang punya pasangan. oh dengan cepatnya status itu berubah dan aku perlu penyesuaian kembali.

Aku tidak tau bagaimana akan jalannya kisah kehidupan asmaraku.
Aku pun tidak tau bagaimana jalannya kisah kehidupanku di magister profesi psikologi klinis.

Yang aku tau aku hanya menjalankan peranku, dengn Tuhan dan alam semesta ini sebagai pelaku utamanya.

Aku tau bahwa semua ada dalam pikiranku. Aku tau kekuatan pikiranku bisa Maha Dahsyat.

Aku sadar bahwa Tuhan Maha Tahu. Tuhan ada dimana-mana.

Jadi, aku tetap bersyukur untuk berakhirnya status pacaranku (relasi tetap terjalin hanya status yang berubah), aku bersyukur dengan semua suka, duka, lelah, mengantuk, dll.
Aku bersyukur untuk semua takdir Tuhan.
Ketika Tuhan yang membuat rencana, dan rencanaNya berubah, mengapa manusia repot? kenapa manusia kesal?
Ah ego manusia. Padahal semestinya Tuhan yang bersedih, Tuhan yang marah. Tuhan yang kecewa.
Hahaha


Gempa beberapa hal terakhir yang menguncang Lombok dan Bali membuat aku sadar bahwa, hari esok memang tidak pernah pasti.
Iya kalo besok masih hidup. Kalo nggak?

Jadi, tetap bersyukur dengan apapun yang terjadi hari ini. Karena yang hanya hanyalah hari ini.

Tujuanku bukan untuk surga atau neraka. Tapi bebas. Moksha. Melampaui surga neraka tersebut.

Baiklah,

tetap menjalani dan menikmati suka duka :)
aku siap berproses menjadi seorang psikolog klinis.

Salam,
Dyah Sathya
Calon Psikolog Klinis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com