Pages

Hidup Kudu Fleksibel

Hai all
It's me, Sathya.

Aku aku baru selesai masak nasi goreng. Cukup enak, untuk memanfaatkan nasi yang sudah mulai kering. Dan aku kepikiran untuk sharing beberapa hal.

Jadi minggu ini udah mulai ada beberapa tugas, lebih tepatnya semua mata kuliah sudah ada tugas. Oh God.

Hari itu hari Rabu. Aku pulang kuliah jam 7 malam. Entah rasanya lelah sekali. setelah makan, rencananya aku ngedownload materi kuliah untuk di print. oke, abis makan aku nggak mandi dulu, karena tukang printernya tutup jam 9an apa jam sepuluh, sementara materi yang mau aku print lumayan banyak.
Dan yang terjadi adalah laptopku ngelag. Macet. downloadnya juga jadinya agak lama. dan kemudian aku merasa sangaaatt mengantuk. dan kemudian aku tertidur.
Oh God, aku terbangun dini hari, ngerasa badanku masih lengket, belum cuci muka, dll.tapi rasa ngantuk itu jauh lebih besar.
Dan, aku sadar finally aku gajadi ngeprint. "Yaudah lah ngeprint paginya aja".
Aku benar-benar terbangun itu jam 8 pagi. dengan perut lapar.
kemudian aku cek magic jar, "Oh God aku lupa nyolokin magic jar!", aku buka magic jar, nasiku cukup berbau. karena hidungku nggak sensitif terhadap bau, aku turun untuk nanya pendapat mbak kos, "Wah ini udah basi mbak, jangan di makan. Sayang sih masih banyak, tapi daripada sakit perut".
Aku kemudian melihat nasiku yang mungkin masih cukup untuk 2 piring makan orang dewasa, masuk ke dalam tempat sampah.
Aku menghela napas.
Pikiranku adalah "aku butuh sarapan". Kemudian aku berencana beli nasi putih mbak kos, yang ditanggapi dengan "Udah ambil aja gausah beli, ambil aja mumpung ada". Oh God, perpanjangan tangan Tuhan.
Aku keinget masih punya ayam yang udah aku ungkep di kulkas, kemudian aku goreng ayam itu.
Sarapan ayam goreng plus nasi putih. Enak. Oh aku merasakan surga. Iya, Surga dan Neraka.
Hahaha.
Kemudian ketika di kamar, aku mencium aroma busuk. Aku cek, ternyata ada beberapa telur yang cacat. Aku keluarkan. "Ah iya di goreng saja atau di rebus saja".
dan setelah aku hitung-hitung ada 4 telur yang mendekati pecah. Aku buka, ternyata 2 busuk. oke aku buang. aku buka 1 nya "ah nggak busuk, yes.". aku buka satu lagi, rupanya agak aneh tapi baunya biasa saja. Ah sudahlah. Kemudian aku berpikir "Ini aku goreng atau rebus ya?" aku liat jam sudah sekitar setengah 10, akhirnya karena aku mau masak nasi, aku kukus di nasi saja. Bareng sama tempe.
Aku kemudian ngeprint dengan cepat secepat-cepatnya. (dalam keadaan belum mandi lho semalemnya)
sekitar jam setengah 11 siang, aku buka nasi ku sudah matang. begitu juga tempe kukus dan telur nya.
tapi aku liat penampakan telur nya hijau aneh begitu.
aku buka, HUFT!.
Baunya mangsit! Busuk!. aku cicipi sedikit, dan yaiks!
Oh GOD.
Kenapa telurnya pada busuk???
dan reflek aku menangis.
iya, aku menangis.
Menangis seperti anak kecil yang permennya diambil temannya.
"Ibukk... Telurnya busuk. Nasinya Basi. Kemarin nggak mandi, Tugas belum selesai.."
Oh God.
Kemudian ya aku self counseling seperti biasa.
"Yeh kenapa nangis, kenapa kenapa.. sayang.." seolah-seolah seperti ibu yang menenangkan anaknya, aku memeluk diriku sendiri.
"Trus sekarang mau apa?" tanyaku pada diriku sendiri.
"Capek hidup disini. Pingin pulang.." Itu yang terlontar dari bibirku dalam keadaan masih menangis.
"Trus gimana? Mau selesai kuliah S2? Mau selesai kuliah profesi? katanya mau jadi Psikolog?" ujar diriku yang lain masih memeluk-memeluk diri.
"Nggak sih, ibuk udah banyak ngeluarin uang. Mau jadi Psikolog juga", ujar my childish self.
"Yaudah sekarang sabar ya, sabar, mau kuliah kan? Ayo mandi",
"Iya, mau mandi, keramas.." aku kemudian beranjak dan mandi.

Untungnya kalo aku nangis, mata nggak bengkak-bengkak gitu.

Kemudian aku kuliah seperti biasa. Yak banyak tugas lagi. dalam pikiranku cuma "Yaudahlah, dikerjain aja pelan-pelan, satu-satu".
Sampe di kos.
Sampe di kos saudara-saudara, kunci lemariku nggak ketemu.
Aku menghela napas, melangkah dengan sangat tenang. "Pasti ketemu!"
Respon yang amat berbeda ketika siang harinya aku sangat kekakank2an, ketika sore ini, aku biasa saja. Aku mencari secara perlahan di laci-laci, tetap tidak menemukannya. di tas, di kotak pensil, di jaket, semua aku cari dengan tenang.
TIDAK KETEMU.
aku menghela napas dan kemudian makan malam.
"Ah sudah, makan saja dulu."
kemudian aku makan.
Kemudian setelah makan "Wah aku kudu buat tugas nih". Beberapa barang emang di lemari itu.
aku cari perlahan-lahan satu-satu. TETAP TIDAK ADA.
Aku tertawa. hahaha.
aku sempet punya pikiran jahat "Mih ade ne ngulgul raga ne?"
"Ada mahkluk gaib yang bercandain aku nih?"
Hahaha mulai tidak rasional.
Tapi emang aku kadang2 bisa ngomong dengan alam astral dalam tujuan tertentu.
Aku kemudian berkomunikasi dengan "alam astral" itu, yahh minta maaf, siapa tau punya salah.
Ya kok kejadian beruntun ini terjadi?
Ah mungkin emang lagi apes. Nasi basi, telur busuk, kunci hilang.
dan...
belum ketemu juga.
Akhirnya aku mencabut bagian atas laci, kemudian, berusaha membuka lemari dengan paksa, Yak kebuka. Syukurlah.
Kemudian aku mencoba memainkan kunci lemari yang lain untuk lemari yang itu, dan kemudian, bisa!. ANEH.
dan kemudian ketika aku mencoba untuk kedua kalinya TIDAK BISA.
berkali-kali aku coba kunci itu tetap, Tidak bisa!. WEIRD.
Misteri hilangnya kunci lemari (yang aku rutin gitu naruh di tempat itu, lo ya bisa nggak ada) tetap belum terpecahkan sampe sekarang.

Entahlah. Atau mungkin kuncinya emang masih ada disana, cuma aku yang nggak bisa ngelihat.
duh aku merinding waktu ngetik ini. hahaha.

di sisi yang lain.
kemarin.
Ketika aku mau beli mie tektek mbak kos (males masak mode on), mbak kos dengan mudahnya bilang "saya masak gurame sambel ijo, nggak usah beli mie ya, makan gurame saya aja".
NOLAK? ya nggak!
Oh My God, Mbak Kos ini emang perpanjangan tangan Tuhan banget. nggak cuma mbak kos sih, temen2 kos ibu2 dosen itu juga kadang sebagai penyelamat ketika kelaparan.
"Duh saya kan jadi enak mbak", yaah yang awalnya kepikiran untuk makan mie, dapetnya ikan gurame, yah bersyukur aja.
Ini surga dunia.
hahaha

Tadi aku masak nasi goreng. Mengolah nasi kering agar makin enak di makan.
dan ternyata telur mentah yg aku punya BUSUK juga.
oh God, trus mau beli telur mbak kos. EH gak dikasi beli. "Udah pake-pake aja, ambil aja".
Ahhhhh
jadi kangen rumah. hahaha
Mbak kos itu udah seperti kakakku sendiri. Sumpah! Baik banget.
Salah satu yang ngebuat bertahan dan membuat masih menikmati kenyataan.


Yaa hidup emang kudu fleksible.
Kamu nggak bisa berharap semua terjadi atas rencanamu. 
rencana Tuhan pasti jauh lebih dahsyat. jauh lebih hebat.
Kalo memang tubuhmu jauh lebih butuh tidur daripada mandi, tidak mandi pun tidak apa-apa.
Kalau emang nggak bisa ngeprint hari ini dan emang nggak urgent banget, ngeprint besok pun nggak apa-apa.
Kalau memang nasi itu sudah basi dan jalanmu untuk minta nasi sama orang lain, ya tidak apa-apa.
Kalau memang jalannya kunci itu hilang ya sudah, sudah hilang mau gimana? simpan barang di tempat yang lain. 
Kalau memang Tuhan nggak ngasih kamu makan mie dan menakdirkan makan ikan gurame, yaudah terima. 

Surga neraka semakin terasa. Tapi tujuan kita bukan berada di dalam surga neraka.
Tujuan kita adalah melampauinya.

Yah, tetap bersyukur dengan semua baik buruk. Menerima.

Hidup kudu fleksibel guys. biar gak tertekan. hahaha
Hidup kudu tetap berjalan.

Salam,
Sathya. 
0

Berproses Bersama

Hai all,
It's me Sathya.

Aku menjalani kuliah perdana dengan mata terbuka. Meskipun masih terasa lelah, tapi au masih dpaat mengikuti kuliah perdana yang berisi pengantar dengan mata yang terbuka.
Aku lihat teman-teman mengantuk. Bahkan ada yang mengirim pesan di group kelas "Buka kelopak mata kalian"
hahaha
Aku sangat bersyukur punya dosen yang sangat luar biasa.
Maksudku, menurut pengamatanku, beliau benar-benar mengaplikasikan ilmu psikologinya.
Psikolog berpengalaman.
Awalnya aku cemas, takut, aku tak tau apa yang akan aku kerjakan 1 semester ini, sukses kah aku mengambil subject dll. Tapi, setelah mendapat kuliah pengantar dari Dosenku ini, aku jadi tersadar.
energi Dosen ini seolah berkata "Tenanglah, kita berproses bersama",
Sama sekali tidak ada ancaman, tidak ada energi "atasan-bawahan", energinya seolah-olah berkata "Tenanglah, semua pasti terlewati"
seolah-olah ada ajakan untuk "Mengalirlah. Pasti akan ada jalan. Tujuan kita mulia, ya kalau belum bisa meningkatkan kesejahteraan hidup klien, setidaknya kita dapat menurunkan distress nya" :)
Uhh adem hati aing.
Mendadak aku rileks.
Apa yang dosenku itu benar. disini aku masih belajar. Oleh karena aku butuh ilmu dan pengalaman, aku berproses.
Kuliah S2 ini entah kenapa menurutku beda ketika kuliah s1.
di kuliah S2 ini aku gak berasa kuliah. Tapi berasa workshop. Pelatihan.
dari cara dosen menjelaskan sampe tugas dll.
Pendampingan workshop "sampe bisa".
Aku bersyukur banget.

Pada kuliah perdana itu dijelaskan mengenai apa yang kira-kira akan kita kerjakan 6 bulan ke depan.
Banyak pertanyaan dalam diriku, seperti "Sanggupkah aku? Mampukah aku? Ketemu gak client ya? Mana blum punya banyak channel, belum punya banyak relasi di Surabaya"
Tetapi masa iya mau kalah sebelum perang?
Duuhhh gausah kebanyakan mikir. wkwkwkwk

Tuhan sudah membuka jalanku untuk kuliah di psikologi klinis.
Aku yakin Tuhan pasti mempunyai rencana-rencana yang memang tidak perlu aku pikirkan.
Biarlah itu rencana Tuhan.
Iya, karena ekspektasi bisa sangat berbeda dengan realita.
contoh nyatanya ketika kuliah perdana, di jadwal yang di kirim via WA tertulis dari jam 13.00-18.00, tapi di web e-learning 13.00-14.40. Dengan dosen pengampu yang berbeda Nama.
DAAANN kenyataannya, kelas dimulai pukul 13.20, dan berakhir pukul 14.50.
Betapa di luar ekspektasi. Karena ekspektasiku aku bakal kuliah sampe sore banget. hahaha
Terkadang menyiapkan mental untuk sesuatu yang belum terjadi itu memang tidak berguna. wkwkwkw
ekpektasi dan realita yang berbeda, membuatku sadar bahwa memang "menikmati hari ini" saat ini, detik ini, adalah yang terbaik.
Memori tentang masa lalu, harapan tentang masa depan pasti akan terus berdatangan, tapi sekarang bagaimana kita dapat mengontrolnya, kita mengendalikannya. Tetap Stay dalam realita "saat ini".

Aku baca kembali motivation letterku kenapa ketika mendaftar kuliah, aku teringat kembali dengan motivasiku kuliah. Aku print, aku kaitkan di sterofoam dindingku. Kalau motivasiku kendor lagi.

Iya, aku butuh ilmu, aku butuh wewenang.

Siapkah aku? Hahaha
Siap tidak siap, jalani saja.

Terlepas dari semua hasil baik atau buruk.
Lepaskan penilaian.
menjalani semua dengan usaha tapi juga dengan keikhlasan.

Berpikir simple aja.
Ngantuk ya tidur, Laper ya makan.
Musti ngerjain tugas? ya tinggal di kerjaain.

Mari kita berproses bersama.

Pantaskan diri, mendapatkan yang pantas :)


Salam,
Sathya. 
0

Wellcome to a New Life

Hai all,
It's me Sathya.

Mungkin ceritaku kali ini cukup Random.
Yang aku tau aku cuma mau cerita.

Aku memulai kehidupan baruku di Surabaya. Sebuah kota yang cukup besar. Lebih besar dari Denpasar. Bahkan Jawa Timur jauh jauh lebih besar daripada pulau Bali, pulau kesayanganku.
Kurang lebih sudah empat minggu aku disini.
Di minggu pertama, masa penyesuaian dengan kamar kos baru, aku cukup menikmati masa menemukan barang2-barang kos.  Di minggu ke dua yang sudah di"terjang" matrikulasi, bahkan memasak pun aku tak sempat, aku sakit. Radang tenggorokan, batuk yang cukup menyiksa. Setelah minum antibiotik dan obat flu, aku sembuh. Beruntungnya aku masih bisa konsultasi dengan dokterku yang di Denpasar. Aku bertemu teman-teman baru, dengan berbagai karakter. Iya, calon-calon psikolog masa depan.
Di minggu ke tiga yang sudah masuk matrikulasi mayoring Psikologi Klinis, aku sangat menikmatinya. Semakin semangat untuk belajar. Meskipun masih banyak hal yang masih perlu aku pelajari. Ada beberapa ketakutan dan kecemasan yang aku alami karena laporan tempat magangku belum aku selesaikan. Sedih. Tapi aku tau aku punya prioritas.
Aku menjalani hari dengan dinamika psikologis yang cukup kompleks, sebelum ke Surabaya aku resmi berpacaran lagi dengan Kakak C, pasangan putus nyambungku sejak 2 tahun terakhir. Aku menikmati hubungan ini. "Oh begini rasanya punya pacar lagi", menikmati rasa rindu, menikmati relasi, menikmati kebersamaan, meskipun dia di Jakarta dan aku di Surabaya.
Semua mengalir begitu saja. Video call, telfon, chat dll.
Aku menjalani kehidupanku yang padat dengan ikhlas.
Sampai akhirnya aku ujian matrikulasi, dan LULUS, dengan nilai paspasan. It's Okay. yang penting lulus.
Oh memang tidak mudah menjalaninya..
Setelah ujian matrikulasi, aku memutuskan untuk kembali ke Denpasar. Jeda waktu 8 hari sebelum pengukuhan, beberapa hal yang harus aku kerjakan di Denpasar membuat aku sadar bahwa aku butuh pulang.
Aku cukup menikmati kepulanganku ke Denpasar. Bertemu teman, bertemu Rumah Berdaya di pembukaan warung Soto, kemah dan baksos bersama Dian Selaras di Tabanan.

Hmphh
Aku merasa sangat bahagia karena relasiku dengan kakak C cukup kuat, aku akhirnya mengupload beberapa fotoku dengannya di sosial media, karena aku sangat rindu.
Sampai suatu ketika,
3 Agustus lalu, Kakak C berulang tahun. Aku membeli sebuah kue kecil, membuat sebuah video ulangtahun. Tapi, apa yang aku dapat? Dia minta putus. Iya, putus pacaran. Putus dengan alasan yang menurutku sangat klasik, ingin fokus mencari pekerjaan, ingin sendiri, masih belum yakin dengan aku, dia bilang hanya menganggapku sbg teman dll dst.
Aku cukup remuk. Aku pikir aku tidak akan patah hati lagi.
Tapi ternyata,..
Aku pikir hal ini adalah hal yang biasa terjadi karena dia tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh.
Tapi aku sadar bahwa, "hubungan bukan untuk di permainkan".
Aku sedih, aku menangis. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku masih punya kehidupan.

Aku tidak mau larut dalam "permainan" ini.
Tapi, aku sayang.

Hahaha.

Rasanya ingin menertawakan diriku sendiri.

Logika dan perasaanku berperang.

Aku hanya menonton. mengamati diriku.

Beruntungnya aku masih diingatkan pada ilmu-ilmu meditasi yang aku pelajari, mengenai meditasi berpikir seimbang.

Iya, aku sadar bahwa "Bagaimana mungkin bisa kehilangan, sementara tidak pernah memiliki?"

Aku tersadar kembali, bahwa aku sedang menempuh pendidikan, psikologi klinis. Aku calon psikolog.
Iya, aku sedang berproses menaklukkan egoku. ego untuk bahagia, ego untuk bersedih.

Memang benar bahwa di dunia ini tidak ada yang kita miliki. Manusia cukup ego dengan berpikir dia memiliki ini, dia memiliki itu, dll.

Baiklah, aku mengalir saja.

Setelah 8 hari di Denpasar, aku kembali ke Surabaya.
Menjalani pengukuhan.

Tapi tiba-tiba aku sleepy all day long lagi. Dan pada saat itu, beberapa client berdatangan.
Entah, aku sadar bahwa alam semesta senantiasa menyeimbangkan seluruhnya. Aku diingatkan kembali bahwa aku masih punya kehidupan.

Iya, memang butuh proses dan penyesuaian kembali.
kemarin-kemarin aku memasuki kamar kos ku dengan rutinitas seseorang yang punya pasangan. oh dengan cepatnya status itu berubah dan aku perlu penyesuaian kembali.

Aku tidak tau bagaimana akan jalannya kisah kehidupan asmaraku.
Aku pun tidak tau bagaimana jalannya kisah kehidupanku di magister profesi psikologi klinis.

Yang aku tau aku hanya menjalankan peranku, dengn Tuhan dan alam semesta ini sebagai pelaku utamanya.

Aku tau bahwa semua ada dalam pikiranku. Aku tau kekuatan pikiranku bisa Maha Dahsyat.

Aku sadar bahwa Tuhan Maha Tahu. Tuhan ada dimana-mana.

Jadi, aku tetap bersyukur untuk berakhirnya status pacaranku (relasi tetap terjalin hanya status yang berubah), aku bersyukur dengan semua suka, duka, lelah, mengantuk, dll.
Aku bersyukur untuk semua takdir Tuhan.
Ketika Tuhan yang membuat rencana, dan rencanaNya berubah, mengapa manusia repot? kenapa manusia kesal?
Ah ego manusia. Padahal semestinya Tuhan yang bersedih, Tuhan yang marah. Tuhan yang kecewa.
Hahaha


Gempa beberapa hal terakhir yang menguncang Lombok dan Bali membuat aku sadar bahwa, hari esok memang tidak pernah pasti.
Iya kalo besok masih hidup. Kalo nggak?

Jadi, tetap bersyukur dengan apapun yang terjadi hari ini. Karena yang hanya hanyalah hari ini.

Tujuanku bukan untuk surga atau neraka. Tapi bebas. Moksha. Melampaui surga neraka tersebut.

Baiklah,

tetap menjalani dan menikmati suka duka :)
aku siap berproses menjadi seorang psikolog klinis.

Salam,
Dyah Sathya
Calon Psikolog Klinis
0

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com